About Me

I'm just a simple guy who had many dreams and try to make it real. I want to do remarkable things, so people may realize who I am. I play some music. I play bass guitar. Still learning though. I'm also an IT Engineer. Well, not much. But this is me. Enjoy my blog. Regards, Peter James

Wednesday, June 17, 2009

Sisi Lain dari seekor semut

Didalam ilustrasi ini, saya menemukan sisi lain dari cerita semut. Kalau biasanya semut selalu di-identik-kan dengan rajin, tekun, dan ulet. Tapi kali ini ada satu sisi dari semut yang memungkinkan mendatangkan musibah.
Ilustrasi ini hanyalah ilustrasi, yang perlu diambil adalah makna dari ceritanya.

Kupu-kupu Maculinea Arion meletakkan telurnya di daun. Dalam beberapa hari, telur itu menetas menjadi ulat. Setelah makan daun beberapa hari, ulat itu turun ke tanah dan bertemu semut. Semut-semut itu pun menyerang ulat. Untuk mempertahankan diri, ulat mengeluarkan cairan manis dari kelenjar khusus di tubuhnya. Tampaknya semut menyukai cairan itu sehingga mereka membawa ulat ke sarangnya.. Di sana , semut memakan cairan manis yang dikeluarkan sang ulat sementara ulat itu memakan bayi-bayi semut yang ada di sekitarnya. Ulat terus makan semut-semut kecil sampai musim semi. Akhirnya, ulat itu menjadi kupu-kupu dan terbang pergi.

Semut-semut itu tidak pernah menyadari bahwa kesukaan mereka akan cairan manis yang keluar dari tubuh sang ulat harus dibayar dengan kematian anak-anak mereka, calon masa depan koloni mereka. Kesukaan semut akan cairan manis itu sama halnya dengan isteri Lot yang begitu menikmati semua kenikmatan Sodom sehingga ia tidak bisa melepaskan diri darinya. Sekalipun sudah dilepaskan dari Sodom , hati dan pikirannya masih melekat di sana sehingga hidupnya berakhir dengan tragis: menjadi tiang garam.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang bersikap seperti semut dan isteri Lot tersebut. Mereka menyukai benda-benda yang mewah dan kesenangan duniawi: pakaian dan perhiasan bagus, mobil dan rumah mewah, makan di restoran bergengsi, dan hiburan eksklusif.

Demikianlah akhir hidup orang Kristen duniawi. Jangan sampai kita menautkan hati dan hidup kita pada materi semata agar hidup kita tidak berakhir di titik bencana.

Cinta akan uang mendatangkan keserakahan, bukan kepuasan

diambil dari pdkk_st_stefanus mailing list.

Pengkhotbah 5:9-10a
Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang yang menghabiskannya.

No comments: